Buku2 Google

Senin, 29 Desember 2008

Tolak RUU Badan Hukum Pendidikan (BHP) .......


Tahun 2003 merupakan awal komersialisasi dunia pendidikan terutama di PTN-PTN Pembina (UI, ITB, UGM dan IPB). Pada tahapan ini juga banyak dilontarkan penolakan perubahan status PTN tersebut menjadi BHMN. Sejumlah PTN itu sendiri dinilai cenderung merubah secara keseluruhan pengelolaan PTN tersebut, mulai dari manajemen pengelolaan kantor/gedung, struktur organisasi (personel/jabatan, struktur organisasi) maupun tools pencari anggaran... dst.
saya pernah merasakan saat menjadi mahasiswa S2 ITB pada tahun 2003-2005. saya cukup kaget sewaktu mencari referensi buku tentang lingkungan dan air, di pusat penelitian lingkungan hidup(PPLH)-ITB. Kok perpustakaannya tutup terus...menurut cerita karyawan disana, bahwa dalam beberapa bulan ini telah terjadi pengurangan tenaga peneliti karena minimnya anggaran.. Belum termasuk aktivitas penelitian, upaya untuk mencari biaya pemeliharaan gedung terus diusahakan. untuk Pengelolaan gedung dan pembayaran gaji karyawan diperloleh dari pelatihan-pelatihan lingkungan. apalagi proyek-proyek pemerintah mengenai lingkungan waktu itu kurang mendapat perhatian akibat resesi ekonomi tahun 98 lalu, dan upaya pengentasan kemiskinan merupakan prioritas utama. Dengan perubahan pola pembiayaan ini, yang semula di subsidi 100% oleh pemerintah, maka secara bertahap pemerintah tidak memberikan subsidi sepeserpun... alias mandiri.
Yang dikhawatirkan dengan perubahan status ini kampus-kampus lain belum siap menjadi BHP, dapat saja beban biaya pengeluaran gedung, gaji dosen serta pembiayaan kegiatan belajar mengajar mahasiswa dll.. dibebankan kepada mahasiswa... wow
apalagi jika perguruan tinggi negeri tersebut tidak mempunyai lahan bisnis yang memadai... jika ingin berbisnis perlu modal yang tidak sedikit.
Beberapa perguruan tinggi yang ada di provinsi bila ditinjau dari tingkat kapasitas dan kualitas belum mampu mengelola kampusnya. Perlu waktu beberapa tahun agar perguruan tinggi dapat beradaptasi mengelola dan memanajemen perguruan tingginya. Masih perlu mendapat perhatian dari pemerintah daerah maupun pemerintah pusat (Dikti-Diknas) untuk memantau langsung, proses kemandirian kampus agar bisa go internasional.... dan juga pemerintah tetap memantau agar program pendidikan nasional tetap berpihak pada rakyat miskin. dan tetap mengedapankan kualitas intelektual.
saya yakin, bila pemerintah lepas tangan begitu saja maka tidak menutupkemungkinan kampus-kampus akan mengunakan cara-cara pencarian uang dengan membebankan kepada mahasiswa.
jika cara-cara yang dilakukan perguruan tinggi untuk menerima mahasiswa menggunakan jalur khusus, jalur peminatan ... wah gawat mahasiswa kita... baru jadi mahasiswa sudah buessnuess oriented... lihat saja perbedaan antara mahasiswa dulu dan sekarang, banyaknya mahasiswa kaya yang bergaya disana bukannya intelektualitas... daya responnya pun rendah terhadap dinamika pembangunanan... ya itu tadi karena merasa sudah mapan. Seharusnya ITB pure exacta jangan plus ditambah dengan pendidikan multi sektoral (contoh : studi pembangunan, MBA-ITB, Sekolah bussnis manajemen SBM-ITB).
Pendidikan untuk orang kaya... yes... pendidikan untuk orang miskin... No
bagaimana mau mencetak tunas bangsa yang memiliki pengetahuan dan pengabdian pada bangsa dan negara jika pendidikan di perspektifkan pada buessniss oriented
walahualam...

Rabu, 12 November 2008

Viva Obama..!


Tanggal 5 Nopember merupakan puncak pencerahan bagi nuansa baru demokrasi di amerika. setelah sekian lama akhirnya kaum kulit hitam dapat menggapai singgasana kursi kepresidenan. tentunya dengan kolaborasi keturunan. Sosok obama dapat menjadi inspirasi keragaman budaya demokrasi dan mengedepankan "humanism". Terpilihnya si "anak menteng" menjadi orang nomor satu di gedung putih mudah-mudahan menjadi pembelajaran bagi sistem demokrasi di indonesia....

Senin, 03 November 2008

Kegagalan Negara Membangun Masyarakat dan Desa

Desa
Desa dalam pengertian "komunitas dan wilayah" lebih dikenal di Jawa dan Madura. karena pulau ini paling lama dan intensif diatur dan diperintah oleh pemerintah jajahan, VOC (1602-1799) dan Inggris (1830-1945). Desa ini telah diuraikan oleh Soetardjo Kartohadikoesoemo. Bahkan dalam pemikirannya beragam suku atau komunitas adat terkategori sebagai unsur yang sama dengan desa. Meskipun, koentjaraningrat (1954) kemudian menunjukkan kekhasan dari keragaman desa di Indonesia dengan mempertimbangkan desa yang dicirikan oleh komunitas dalam satuan adat di luar jawa dan madura, seperti gampong di Aceh, Nagari (di Minangkabau), Banjar (di Bali), Gampong (di Ambon) atau Negeri (di Saparua) sampai kampung (di Papua)". keragaman ini sudah banya banyak diungkap oleh ahli etnologi dan antropologi. Namun demikian, dengan lahirnya UU No.5 tahun 1979 tentang pemerintahan desa, tidak dikenal lagi keragaman tersebut. Kata otonomi memang dilabelkan kepada desa, tetapi pada kenyataannya semua kegiatan berada dalam garis manajemen birokrasi pemerintahan di bawah Departemen Dalam Negeri.
Gagasan untuk menyeragamkan struktur pemerintahan sebenarnya dimaksudkan untuk memudahkan pengerahan dan pelaksanaan pengaturan kewenangan dan penyaluran bantuan ke masyarakat dan desa. Namun selanjutnya dirasakan menimbulkan kurangnya tempat kreativitas, dan pada akhirnya mengurangi "kemandirian".

Desa dan Pembangunan.

Masyarakat Perdesaan setelah masa kemerdekaan dapat dikatakan merasakan terkena pembangunan secara lebih sistematis sejak periode rancangan pembangunan lima tahunan antara 1970 sampai 1995 (Mubyarto, dkk, 1990). Namun demikian, bukan berarti pada rentang sebelum itu, tidak ada pembangunan. menurut catatan tjondronegoro (2007), pada periode waktu tersebut masih banyak peristiwa perjugangan membangun bangsa yang belum tuntas, sehingga seakan-akan tidak ada pembangunan. manajemen terpusat masyarakat dan desa yaitu dengan menekankan pengelolaan pembangunan terpusat dan kurang berdemokrasi, kegiatan pembangunan mulai mengenai desa. salah satu tonggak yang tidak akan dilupakan adalah revolusi hijau yang memasukan teknologi penyediaan pangan/padi ke masyarakat dan desa melalui pengawalan sistem birokratis komando yang sentralistik.
dicatat pertumbuhan ekonomi yang semula fluktuatif ... pernah mencapai11,3 % pada thn 1973 lalu sempat turun menjadi 2,2% Tahun 1982 dan mulai naik kembali 2,5% sejah tahun 1985 sampai terus meningkat kembali pada periode 80-an sampai tahun 1995 (Bappenas, 1996).
sayangnya pertumbuhan ekonomi yang terjadi bergantung pada pendanaan luar negeri. hal yang menunjukkan proses itu tidak dilandasi oleh model pembangunan indonesia yang mempunyai kekayaan sumber daya alam dan tenaga kerja yang banyak secara mandiri (tjondronegoro, 2007).
Sumber : Pembangunan Kawasan Perdesaan Berbasis Masyarakat (PKPBM)
PSP3 IPB dan Subdit Pembangunan Kawasan Perdesaan, Ditjen PMD Depdagri
.

Minggu, 21 September 2008

Renungan di Bulan Ramadhan

Ytc. Para sahabat,
Lumayan untuik bahan renungan di bulan ramadhan ini.
wassalam
muslimin nasution
----- Original Message -----
From: M. Fadhol
Sent: Tuesday, September 16, 2008 3:47 PM
Subject: [anggotaicmi] Fw: Fw: Shame on us or US?????

Assalamu`alaikum wR wB
Marilah kita renungkan bersama tafsir terjemahan Surah Al-Isra' (XVII) berikut ini:
(15) Barang siapa berbuat sesuai dengan petunjuk (Allah), maka sesungguhnya itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barang siapa tersesat maka sesungguhnya (kerugian) itu bagi dirinya sendiri. Dan seseorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain. Namun Kami tidak akan memberikan siksa sampai Kami mengutus seorang rasul;
(16) Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (agar menaati Allah), tetapi bila mereka melakukan kedurhakaan di dalam (negeri) itu, maka sepantasnya berlaku lah terhadap mereka itu perkataan (hukuman Kami), kemudian Kami binasakan sama sekali (negeri itu).
(17) Dan berapa banyak kaum setelah Nuh, yang telah Kami binasakan. Dan cukup lah Tuhan mu Yang Maha Mengetahui, Maha Melihat dosa hamba-hamba Nya.
Semoga Allah Swt senantiasa mengingatkan kalau kita khilaf dan lalai serta melindungi kita semua dari pelbagai bentuk bencana dan malapetaka.
M. Fadhol








If U send us This

image002

We will present u this

image003

Even if u search
Our Kitchens

image006

We will still Serve
u delicious food

image011

Even if u Destroy our homes

Don't worry

image017

We will still invite U

in our homes !!!

image016

U Search Our Children

image029

U even arrest
our children

image019

Be HAPPY!!!!
Our Kids will still entertain U

image014

U undress our innocent children

image012

U even Kill their families,

in front of them

image015

We will still entertain u,

shamelessly

image020

U leave our
mother crying

image008

Our women will receive u

with dignity

image005

U leave our
Families in Sea of tears

image010

We are Secular
Our
women will
Kiss U

image007

U put our brothers under ur shoes

image023

We will stand shoulder to shoulder

with U…..

image024

U even keep an eye on our kids,

this shows ur bravery

image027

And then u kill our innocent,

unarmed children

image025

Our men will play along with u

image022

image028

See how liberal we are…

Please Don't tag us Fundamentalist





Islamic Development Bank Group e-mail Disclaimer:
(http://www. isdb.org/ irj/go/km/ docs/documents/ email_disclaimer .html )

Kamis, 31 Juli 2008

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 51 tahun 2007 tentang Pembangunan Kawasan Perdesaan Berbasis Masyarakat

Kawasan Perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan SDA, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi (UU No. 26/2007).

Sementara ini kawasan perdesaan didefenisikan sebagai kawasan yang terbentuk akibat sumber daya alam dan sumber daya buatan. Typikal kawasan karena bentangan alam diidentifasikan dengan kawasan pesisir (pinggir pantai, manggorve, delta, dll), kawasan pinggir hutan, kawasan taman nasional, kawasan perkebunan, perladangan,

Sementara itu pula kawasan perdesaan yang diakibatkan oleh sumber daya buatan diantaranya urban-rural interface, kawasan pertambangan, perikanan, perladangan, perkebunan, dan lain sebagainya.

kawasan perniagaan (BCD)/perdagangan, kawasan perkantoran, kawasan pertambangan, kawasan dan lain sebagainya.

Berbicara mengenai kawasan kita dihadapkan pada persoalan beberapa kebijakan terutama aturan penataan ruang yang tertuang ke dalam RTRW (provinsi, kabupaten/kota hingga pada kecamatan).

Sedangkan secara komunitas komunitas kawasan di kriteriakan sebagai kawasan perdesaan terpencil, tertinggal, pesisir, pinggir dan dalam hutan, perbatasan dengan negara lain, perdesaan adat, area pertambangan, industri, dataran tinggi, danau/situ, dan daerah aliran sungai.

Pembangunan Kawasan Perdesaan Berbasis Masyarakat (PKPBM) adalah salah satu seni bagaimana mewujudkan suatu nilia-nilai positif suatu kawasan dengan basis meningkatkan potensi alam ataupun sumber daya (alam dan buatan) maupun manusia (masy. Dan kelembagaan) melalui proses transformasi pengentahuan (Knoweldge transformation) dengan melalui berbagai tahapan-tahapan dan bagian-bagian untuk peningkatan pemberdayaan masyarakat (masy. Lembaga dan aparatur) kawasan.

3 elemen utama pelaksanaan PKPBM yaitu penataan ruang partisipatif, penetapan dan pengembangan Pusat Pertumbuhan Terpadu Antar Desa dan Penguatan Kapasitas Masyarakat, Kelembagaan dan Kemitraan.

Sebelum menginjak pada masing-masing pilar diatas, perlu diketahui pula prinsip yang dilaksanakan dalam rangka pemantapan PKPBM ini yaitu : Adil, Partisipatif, Holistik, keseimbangan, keanekaragaman, keterkaitan ekologis, sinergis, keberpihakan kepada ekonomi rakyat, transparan, dan akuntabel.

Prinsip adil yaitu bahwa setiap orang/warga masyarakat di desa berhak untuk berpartisipasi dan menikmati manfaat dari hasil serta memperoleh kompensasi dari akibat yang ditimbulkan oleh pelaksanaan PKPBM.

Partisipatif bahwa PKPBM dilakukan bersama masyarakat dengan melibatkan pemerintah desa, BPD, dan pemangku kepentingan lainnya termasuk lembaga swasta mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pemanfaat serta pengendaliannya.

Holistik bahwa PKPBM dilakukan melalui yang mampu merespon permasalahan masyarakat perdesaan yang multi dimensional (sosial budaya, kelembagaan, ekonomi, SDA, lingkungan dan infrastruktur)

Keseimbangan, bahwa PKPBM menekankan keharmonisan antara pencapaian tujuan ekonomi dalam rangka menciptakan kemakmuran bagi masyarakat banyak dan tujuan sosial dalam bentuk memelihara kelestarian lingkungan serta konservasi sumber daya alam.

Keanekaragaman,

Bahwa PKPBM dilakukan dengan mengakui perbedaan ciri masing-masing komunitas perdesaan, adat istiadat dan sosial budaya yang hidup didalam masyarakat, ciri ekologis dan berbagi peran antar berbagai pelaku dan pemangku kepentingan.

Keterkaitan ekologis yaitu bahwa PKPBM dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan antara satu tipologi kawasan tertentu dengan tipologi kawasan lainnya;

Sinergis bahwa PKPBM dilakukan secara sinergi antara penataan ruang, PPTAD dan penguatan kapasitas masyarakat, kelembagaan dan kemitraan.

Keberpihakan bahwa PKPBM dilakukan dengan berpihak pada kepentingan penduduk miskin, penciptaan lapangan kerja dan mendorong kegiatan ekonomi serta produksi rakyat yang berorientasi pasar.

Transparan dan akuntabel , PKPBM dilaksanakan dengan semangat keterbukaan sehingga seluruh masyarakat dan pelaku memiliki akses yang sama terhadap informasi tentang rencana dan pelaksanaan pembangunan kawasan perdesaan, sedangkan akuntabel adalah dalam pelaksanaan PKPBM, pelaksana dapat diminta tanggung gugat dan tanggung jawab oleh publik atas proses dan hasil serta dampak yang diakibatkannya

PKPBM dilakukan dengan memperhatikan : aspirasi dan kebutuhan masyarakat desa di kawasan perdesaan, kemudian kewenangannya, potensi-potensi desa, kelancaran investasi ke kawasan perdesaan, kelestarian lingkungan dan usaha konservasi SDA, keserasian kepentingan antar kawasan dan kepentingan umum dan kondisi sosial budaya dan ciri ekologi suatu kawasan perdesaan.

Penataan ruang Partisipatif meliputi kegiatan : perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.

Penataan ruang partisipatif dapat dilakukan di area baru atau lokasi baru, desa-desa yang sudah ada dan diluar desa.

Penataan ruang partisipatif dilaksanakan dalam bentuk pola tata desa sedangkan secara keseluruhan terdiri dari pola-pola tata desa dalan satu kawasan.

Sedangkan dalam arti sesunguhnya pemanfaatan ruang yang telah ditetapkan dalam RTRW (wilayah prov. Kab./kota dan kec) dilaksanakan dalam bentuk revitalisasi yaitu penguatan fungsi-fungsi ruang yang ada. Penataan ruang partisipatif juga dapat mengikutsertakan masyarakat secara partisipatif dalam pengawasan pemanfaatan ruang.

Dokumen-dokument tata ruang partipatif disusun dan direvisi dalam forum PKPBM antar desa (satu kecamatan) atau antar kecamatan.

Dalam penataan ruang partisipatif ini masyarakat desa berhak, menyusun rencana detail tata ruang desa yang diselaraskan dengan RTRW/P, Kab./Kota maupun Kecamatan; mengetahui isi rencana tara ruang desa dan tata ruang diluar desa; menikmanti manfaat dan penataan ruan gdesa dan memperoleh kompensasi atas kerugian yang dialaminya akibat dari proses penataan ruang desa. Tetapi masyarakat desa berkewajiban dalam memelihara kelestarian lingkungan dan konservasi SDA; memelihara hasil pemanfaatan ruang desa dan mencegah kerusakan lingkungan dan SDA. Manfaat penataan ruang desa partisipatif bagi masyarakat desa adalah memberdayakan masyarakat dalam : menyusun profil desa dalam rangka menemukenali dan mendayagunakan potensi-potensi desa, memperkuat efektivitas perencanaan pembangunan desa, menemukan dan mengembangkan komoditas unggulan kawasan, memelihara kelestarian lingkungan dan konservasi SDA. Memperkuat kerarifan lokal komunitas kawasan perdesaan sesuai karakteristik masing-masing, mendorong dan mempertahankan ruang fisik desa yang ideal dan menciptakan ketertiban, ketentraman dan keindahan serta keserasian.

Bersambung ….

Selasa, 29 Juli 2008

Village

From Wikipedia, the free encyclopedia

Jump to: navigation, search
The main street of the village of Castle Combe, Wiltshire, England

The main street of the village of Castle Combe, Wiltshire, England
The main square of Saifi Village in Centre Ville, Beirut, Lebanon

The main square of Saifi Village in Centre Ville, Beirut, Lebanon
An alpine village in the Lötschental Valley, Switzerland.

An alpine village in the Lötschental Valley, Switzerland.

A village is a clustered human settlement or community, larger than a hamlet, but smaller than a town or city[1]. Though generally located in rural areas, the term urban village may be applied to certain urban neighbourhoods, such as the West Village in Manhattan, New York City and the Saifi Village in Beirut, Lebanon. Villages are normally permanent, with fixed dwellings; however, transient villages[2] can occur. Further, the dwellings of a village are fairly close to one another, as against being scattered broadly over the landscape (‘dispersed settlement’).

Villages have been the usual form of community for societies that practice subsistence agriculture, and even for some non-agricultural societies. Towns and cities were few, and were home to only a small proportion of the population. The Industrial Revolution caused many villages to grow into towns and cities; this trend of urbanisation has continued, though not always in connection with industrialisation. Villages have thus been eclipsed in importance, as units of human society and settlement.

Traditional villages

Although many patterns of village life have existed, the typical village was small, consisting of perhaps 5 to 30 families. Homes were situated together for sociability and defense, and land surrounding the living quarters was farmed.

South Asia

India

A village in central India.

A village in central India.

"The soul of India lives in its villages", declared M. K. Gandhi [3] at the beginning of 20th century. According to the 2001 Indian census, 74% of Indians live in 638,365 different villages.[4] The size of these villages varies considerably. 236,004 Indian villages have a population less than 500, while 3,976 villages have a population of 10,000+. Most villages have their own temple, mosque or church depending on the local religious following.

East Asia

Taiwan

In Taiwan, villages are divisions under president. The village is called a GRAM/GAON (村) under a rural township (鄉) and a li (里) under an urban township (鎮) or a county-controlled city.

East Asia

Taiwan

In Taiwan, villages are divisions under president. The village is called a GRAM/GAON (村) under a rural township (鄉) and a li (里) under an urban township (鎮) or a county-controlled city.

Southeast Asia

Brunei, Indonesia and Malaysia

The kampong of Pariangan, West Sumatra.

The kampong of Pariangan, West Sumatra.
A kampung in the Malaysian state of Johor.

A kampung in the Malaysian state of Johor.

The term kampung in the English language has been defined specifically as "a Malay hamlet or village in a Malay-speaking country" [5] In other words, a kampung is defined today as a village in Brunei, Indonesia or Malaysia. In Malaysia, a kampung is determined as a locality with 10,000 or fewer people. Since historical times, every Malay village came under the leadership of a penghulu (village chief), who has the power to hear civil matters in his village (see Courts of Malaysia for more details). A Malay village typically contains a "masjid" (mosque) or "surau" (Muslim chapel), stilt houses and paddy fields. Malay and Indonesian villagers practice the culture of helping one another as a community, which is better known as "joint bearing of burdens" (gotong royong)[6], as well as being family-oriented (especially the concept of respecting one's family [particularly the parents and elders]), courtesy and believing in God ("Tuhan") as paramount to everything else. It is common to see a cemetery near the mosque, as all Muslims in the Malay or Indonesian village want to be prayed for, and to receive Allah's blessings in the afterlife.

Philippines

In urban areas of the Philippines, the term "village" most commonly refers to private subdivisions, especially gated communities. These villages emerged in the mid-twentieth century and were initially the domain of elite urban dwellers. However, they are now common in Metro Manila and other major cities in the country and their residents can have a wide range of income levels. They may or may not correspond to administrative units (usually barangays) and/or be privately administered. Some examples of well-known villages in Metro Manila are Forbes Park and Dasmariñas Village.

Vietnam

Village, or "làng", is a basis of Vietnam society. Vietnam's village is the typical symbol of Asian agricultural production. Vietnam's village typically contains: a village gate, "lũy tre" (bamboo hedges), "đình làng" (communal house) where "thành hoàng" (tutelary god) is worshiped, "đồng lúa" (rice field), "chùa" (temple) and houses of all families in the village. All the people in Vietnam's villages usually have a blood relationship. They are farmers who grow rice and have the same traditional handicraft. Vietnam's villages have an important role in society (Vietnamese saying: "Custom rules the law" -"Phép vua thua lệ làng" [literally: the king's law yields to village customs]). Everyone in Vietnam wants to be buried in their village when they die

Central and Eastern Europe

Slavic countries

Selo (Cyrillic: село; Polish: wieś) is a Slavic word meaning "village" in Bosnia and Herzegovina, Bulgaria, Croatia, Macedonia, Russia, Serbia, and Ukraine. For example there are numerous sela called Novo Selo in Bulgaria, Croatia, and others in Serbia, and Republic of Macedonia. In Slovenia, the word selo is archaic; the common Slovene word for village is vas.

Bulgaria

In Bulgaria the different types of Sela vary from a small selo of 5 to 30 families to one of several thousand people. In Bulgaria it is becoming popular to visit villages for the atmosphere, culture, crafts, hospitality of the people and the surrounding nature. This is called the "selski tourism" (Bulgarian:селски туризъм meaning village tourism) .

Russia

Typical house in a  Russian village (derevnya)

Typical house in a Russian village (derevnya)

In Russia, the bulk of the rural population are concentrated in villages. In Russian, two terms are mainly used to refer to these rural localities: selo (село) or derevnya (деревня). Historically, the formal indication of status was religious: a city (gorod) would have a cathedral, a selo would have a church, while a derevnya would have neither.

The lowest administrative unit of the Russian Empire, volost, or its Soviet or modern Russian successor, selsoviet, would usually be headquartered in a selo and embrace a few neighboring villages.

Between 1926 and 1989, Russia's rural population shrank from 76 million people to 39 million, due to urbanization, collectivization, dekulakisation and the World War II losses, but has nearly stabilized since.[citation needed] Mass starvation in Russia and other parts of the Soviet Union lead to the death of at least 14.5 million of peasants in the period 1930–1937 (including 5-7 million in the Holodomor). [7]

Most Russian villages have populations of less than 200 people, and it is the smaller villages which take the brunt of depopulation: e.g., in 1959, about one half of Russia's rural population lived in villages of fewer than 500 people, while now less than one third does. In the 1960s–1970s, the depopulation of the smaller villages was driven by the central planners' drive to get the farm workers out of smaller, "prospect-less" hamlets and into the collective or state farm's main village, with more amenities.[8]

Most Russian rural residents are involved in agricultural work, and it is very common for villagers to produce their own food. As prosperous urbanites purchase village houses for their second homes, Russian villages sometimes are transformed into dacha settlements, used mostly for seasonal residence.

The historically Cossack regions of Southern Russia and parts of Ukraine, with their fertile soil and absence of serfdom, had a rather different pattern of settlement from central and northern Russia. As opposed to the peasants of central Russia living in a village around the lord's manor, a Cossack family would often live on a farm of their own, called khutor. The word stanitsa (Russian: стани́ца; Ukrainian: станиця, stanytsia) would be used to refer to an administrative unit including a central village as well as a number of such khutors. Such a stanitsa village, often with a few thousand residents, would usually be larger than a selo in central Russia.

The term aul/aal is used to refer mostly Muslim-populated villages in Caucasus and Idel-Ural, without regard to the number of residents.

Western & Southern Europe

United Kingdom

A village in the UK is a compact settlement of houses, smaller in size than a town, and generally based on agriculture or, in some areas, mining or quarrying.

The major factors in the type of settlement pattern found are location of water sources, the organization of agriculture and landholding and the likelihood of flooding. For example, in areas such as the Lincolnshire Wolds the villages are often found along the spring line halfway down the hillsides, and with the original open field systems around the village. In northern Scotland, most villages are planned to a grid pattern located on or close to major roads, whereas in areas such as the Forest of Arden, woodland clearances produced small hamlets around village greens.

Some villages have disappeared (for example, deserted medieval villages), sometimes leaving behind a church or manor house and sometimes nothing but bumps in the fields. Clearances may have been to accommodate sheep or game estates, or they may have resulted from depopulation, such as after the Black Death or following a move of the inhabitants to more prosperous districts. Others have grown and merged and often form hubs within the general mass of suburbia - Charlton, London or Hampstead in London and in some cases outgrew a nearby town, such as Birmingham which outgrew Aston to become a major city. Many are now predominantly dormitory locations and have suffered the loss of shops, churches and other facilities.

Conceptually, from an English point of view, the village represents an ideal of England. Seen as being far from the bustle of modern life, it is quiet, harmonious, if a little inward-looking. This concept of an unspoilt Arcadia is present in many popular representations of the village such as The Archers or the best kept village competitions.

Many villages in South Yorkshire, North Nottinghamshire, North East Derbyshire and Northumberland are known as pit villages to denote their origins, as many of these villages such as Murton, County Durham only existed as hamlets before the sinking of a colliery in the early 20th centuary forced a rapid expansion of the population of these settlements and the colliery owners built new housing, shops, pubs and even churches for this new population. Some of these villages became so large they out grew nearby towns, both in terms of land area and population; a good example of this is Rossington in South Yorkshire which became over four times larger (in terms of population) than the nearby town of Bawtry; and some pit villages became so large, they actually became towns themselves, Such as Maltby in South Yorkshire whose population rose from 500 in the 19th centuary to over 75,000 in 2007.

Villages tend to occur in lowland England where they partly replaced the more scattered pattern of single farms and hamlets in the mid-Saxon period. In the UK the main historical distinction between a hamlet and a village is that the latter will have a church, and will therefore usually have been the worship centre of an ecclesiastical parish. However, it should be noted that some civil parishes may contain more than one village. The typical village used to have a pub and shops as well as a blacksmith. However, many of these facilities are now gone and many villages are dormitories for commuters. The population of such a settlement could range from a few hundred people to around five thousand. A village is distinguished from a town in that:

  • A village should not have a regular agricultural market, although today such markets are uncommon even in settlements which clearly are towns.
  • A village does not have a town hall nor a mayor.
  • There should also be a clear green belt or open fields surrounding its parish borders.

France

Same general definition as in England, see, for example, Saint-Benoît-du-Sault.

Netherlands

In the flood prone districts of the Netherlands, villages were traditionally built on low man-made hills called terps before the introduction of regional dyke-systems.

Ireland

Villages in Ireland would traditionally consist of a church, a pub, a shop and a post office. Some also contain facilities such as schools and health centres.

The Middle East

Lebanon

Like France, villages in Lebanon are usually located in remote mountainous areas. The majority of villages in Lebanon retain their Aramaic names or are derivative of the Aramaic names, and this is because Aramaic was still in use in Mount Lebanon up to the 18th century.[9]

Many of the Lebanese villages are a part of districts, these districts are known as "kadaa" which includes the districts of Baabda (Baabda), Aley (Aley), Matn (Jdeideh), Keserwan (Jounieh), Chouf (Beiteddine), Jbeil (Byblos), Tripoli (Tripoli), Zgharta (Zgharta / Ehden), Bsharri (Bsharri), Batroun (Batroun), Koura (Amioun), Miniyeh-Danniyeh (Minyeh / Sir Ed-Danniyeh), Zahle (Zahle), Rashaya (Rashaya), Western Beqaa (Jebjennine / Saghbine), Sidon (Sidon), Jezzine (Jezzine), Tyre (Tyre), Nabatiyeh (Nabatiyeh), Marjeyoun (Marjeyoun), Hasbaya (Hasbaya), Bint Jbeil (Bint Jbeil), Baalbek (Baalbek), and Hermel (Hermel).

The district of Danniyeh conists of thirty six small villages, which includes Almrah, Kfirchlan, Kfirhbab, Hakel al Azimah, Siir, Bakhoun, Miryata, Assoun, Sfiiri, Kharnoub, Katteen, Kfirhabou, Zghartegrein, Ein Qibil.

Danniyeh (known also as Addinniyeh, Al Dinniyeh, Al Danniyeh, Arabic: سير الضنية) is a region located in Miniyeh-Danniyeh District in the North Governorate of Lebanon. The region lies east of Tripoli, extends north as far as Akkar District, south to Bsharri District and Zgharta District and as far east as Baalbek and Hermel. Dinniyeh has an excellent ecological environment filled with woodlands, orchards and groves. Several villages are located in this mountainous area, the largest town being Sir Al Dinniyeh.

An example of a typical mountainous Lebanese village in Dannieh would be Hakel al Azimah which is a small village that belongs to the district of Danniyeh, situated between Bakhoun and Assoun's boundaries. It is in the centre of the valleys that lie between the Arbeen Mountains and the Khanzouh.


Sub-Saharan Africa

Australasia & Oceania

Pacific Islands Communities on pacific islands were historically called villages by English speakers who traveled and settled in the area. Some communities such as several Villages of Guam continue to be called villages despite having large populations that can exceed 40,000 residents.

New Zealand

The traditional Maori village was the pa, a fortified hill-top settlement. Tree-fern logs and flax were the main building materials.

Australia The term village often is used in reference to small planned communities such as retirement communities, shopping districts, and tourist areas. Small rural communities are usually known as towns regardless of how small they are.

South America

Argentina

Usually set in remote mountainous areas, some also cater to winter sports and/or tourism, see: Uspallata, La Cumbrecita, Villa Traful and La Cumbre

North America

United States

Incorporated villages

See also: Administrative divisions of New York#Village and Village (Oregon)

In twenty[10] U.S. states, the term "village" refers to a specific form of incorporated municipal government, similar to a city but with less authority and geographic scope. However, this is a generality; in many states, there are villages that are an order of magnitude larger than the smallest cities in the state. The distinction is not necessarily based on population, but on the relative powers granted to the different types of municipalities and correspondingly, different obligations to provide specific services to residents.

In some states such as New York, Wisconsin, or Michigan, a village is an incorporated municipality, usually, but not always, within a single town or civil township. Residents pay taxes to the village and town or township and may vote in elections for both as well. In some cases, the village may be coterminous with the town or township. There are also many villages which span the boundaries of more than one town or township, and some villages may even straddle county borders.

There is no limit to the population of a village in New York; Hempstead, the largest village in the state, has 55,000 residents, making it more populous than some of the state's cities. However, villages in the state may not exceed five square miles (13 km²) in area.

In the state of Wisconsin a village is always legally separate from the township(s) that it has been incorporated from. The largest village is Menomonee Falls, which has over 32,000 residents.

Michigan and Illinois also have no set population limit for villages and there are many villages that are larger than cities in those states.

Villages in Ohio are almost always legally separate from any townships that they may have been incorporated from (there are exceptions, such as Chagrin Falls, where the township includes the entirety of the village). They have no area limitations, but must reincorporate as cities if they grow to over 5,000 in population. Villages have the same home-rule rights as cities with fewer of the responsibilities. Unlike cities, they have the option of being either a "statutory village" and running their governments according to state law (with a six-member council serving four-year terms and a mayor who votes only to break ties) or being a "charter village" and writing a charter to run their government as they see fit.
[citations needed]

In Maryland, a locality designated "Village of ..." may be either an incorporated town or a special tax district.[11] An example of the latter is the Village of Friendship Heights.

In states that have New England towns, a "village" is a center of population or trade, including the town center, in an otherwise sparsely-developed town or city — for instance, the village of Hyannis in the city of the Town of Barnstable. Although over the years the village has become more like a small town within a town with it now being the center of everything for Barnstable.

Unincorporated villages

In many states, the term "village" is used to refer to a relatively small unincorporated community, similar to a hamlet in New York state. This informal usage may be found even in states that have villages as an incorporated municipality, although such usage might be considered incorrect and confusing.

Footnotes

  1. ^ village: Definition and Much More from Answers.com
  2. ^ http://www.google.co.uk/search?hl=en&safe=off&q=%22transient+villages%22&btnG=Search&meta=
  3. ^ http://www.pibbng.kar.nic.in/feature1.pdf
  4. ^ http://www.censusindia.net/results/2001census_data_index.html
  5. ^ http://www.m-w.com/dictionary/kampung Meriam-Webster Online
  6. ^ Geertz, Clifford. "Local Knowledge: Fact and Law in Comparative Perspective", pp. 167-234 in Geertz Local Knowledge: Further Essays in Interpretive Anthropology, NY: Basic Books. 1983.
  7. ^ Robert Conquest (1986) The Harvest of Sorrow: Soviet Collectivization and the Terror-Famine. Oxford University Press. ISBN 0-19-505180-7.
  8. ^ "Российское село в демографическом измерении" (Rural Russia measured demographically) (Russian). This article reports the following census statistics:
    Census year 1959 1970 1979 1989 2002
    Total number of rural localities in Russia 294,059 216,845 177,047 152,922 155,289
    Of them, with population 1 to 10 persons 41,493 25,895 23,855 30,170 47,089
    Of them, with population 11 to 200 persons 186,437 132,515 105,112 80,663 68,807
  9. ^ A project proposal
  10. ^ Village
  11. ^ 2002 Census of Governments, Individual State Descriptions (PDF)

External links

Village types:

Rabu, 07 Mei 2008

Harga BBM Luar dan Dalam Negeri Mengalami Kenaikan

Dalam beberapa pekan ini sepertinya Pemerintah sudah tidak sanggup lagi membendung arus kenaikan harga minyak dunia, akibatnya dengan terpaksa pemerintah juga akan menaikan harga BBM dalam negeri untuk mengimbangi harga minyak dunia. Dengan tingginya harga minyak dalam negeri ini banyak sekali dampak langsung yang dirasakan terutama golongan masyarakat berpendapatan rendah maupun miskin terutama kenaikan harga di sejumlah sektor, padahal pemerintah baru saja membidani konversi energi bahan bakar minyak skala rumah tangga ke bahan bakar gas. Untuk menanggulangi ini, berbagai langkah telah ditetapkan diantaranya pemerintah tetap memberikan subsidi bahan bakar premium untuk kendaraan umum/kendaraan roda dua, disamping itu di berbagai daerah telah dicarikan alternatif sumber-sumber energi baru, sedangkan Pemkot Jakarta menunda penghilangan bahan bakar minyak sampai sepekan di bulan mei, dan masyarakat diminta secara aktif menggunakan energi bahan bakar alternatif.

Energi Alternatif
bagaimana sikap kita atas dinamika diatas, yangmana pengguna energi BBM tanah, merupakan mayoritas pengguna bahan bakar tadi. Salah satu jalan untuk menghemat bahan bakar minyak (BBM) adalah mencari sumber energi alternatif yang dapat diperbarui (renewable).
biogas merupakan energi yang ramah lingkungan dan dapat diterapkan untuk berbagai skala penggunaan.
“Singkong dapat diolah menjadi bioetanol dan kelapa sawit menjadi biodiesel yang bisa dimanfaatkan dengan mencampur sepuluh persen dari keempat jenis BBM,” kata Kusmayanto Kadiman kepada wartawan di Sanur, Bali, Rabu (13/7/2005).
Menteri Negara Riset dan Teknologi Kusmayanto Kadiman (2005)menegaskan, kemajuan teknologi kini mampu mengubah singkong dan kelapa sawit menjadi energi alternatif dalam mengatasi krisis bahan bakar minyak (BBM).
Beberapa sumber energi yang dapat dipergunakan di antaranya adalah penggunaan bahan bakar batu bara, gas, energi angin, energi surya, panas bumi, biofuel termasuk di dalamnya biodiesel, bio etanol dan bio oil. Energi lainnya yaitu energi arus laut, fuel cell dan energi nuklir juga telah dikembangkan (BPPT, 2008). padahal, di negara-negera lain penggunaan energi telah digunakan secara diversifikasi.
Beberapa lembaga peneliti mengungkapkan bahwa energi alternatif yang digunakan sebagai bahan bakar masih banyak dan belum pernah dipublikasikan. saat ini juga banyak digunakan briket ranting kayu, sebagai bahan bakar dalam memasak selain kayu bakar ....

Rabu, 09 April 2008

Ekologi

Ekologi berasal dari bahasa Yunani, yangterdiri dari dua kata, yaitu oikos yang artinya rumah atau tempat hidup, dan logos yang berarti ilmu. Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya.

Dalam ekologi, kita mempelajari makhluk hidup sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya. Definisi ekologi seperti di atas, pertama kali disampaikan oleh Ernest Haeckel (zoologiwan Jerman, 1834-1914).

Ekologi adalah cabang ilmu biologi yangbanyak memanfaatkan informasi dari berbagai ilmu pengetahuan lain, seperti : kimia, fisika, geologi, dan klimatologi untuk pembahasannya. Penerapan ekologi di bidang pertanian dan perkebunan di antaranya adalah penggunaan kontrol biologi untuk pengendalian populasi hama guna meningkatkan produktivitas.

Ekologi berkepentingan dalam menyelidiki interaksi organisme dengan lingkungannya. Pengamatan ini bertujuan untuk menemukan prinsip-prinsip yang terkandung dalam hubungan timbal balik tersebut.

Dalam studi ekologi digunakan metoda pendekatan secara rnenyeluruh pada komponen-kornponen yang berkaitan dalam suatu sistem. Ruang lingkup ekologi berkisar pada tingkat populasi, komunitas, dan ekosistem.

Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktora biotik antara lain suhu, air, kelembapan, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling mempengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan.

Faktor Biotik

Faktor biotik adalah faktor hidup yang meliputi semua makhluk hidup di bumi, baik tumbuhan maupun hewan. Dalam ekosistem, tumbuhan berperan sebagai produsen, hewan berperan sebagai konsumen, dan mikroorganisme berperan sebagai dekomposer.

Faktor biotik juga meliputi tingkatan-tingkatan organisme yang meliputi individu, populasi, komunitas, ekosistem, dan biosfer. Tingkatan-tingkatan organisme makhluk hidup tersebut dalam ekosistem akan saling berinteraksi, saling mempengaruhi membentuk suatu sistemyang menunjukkan kesatuan. Secara lebih terperinci, tingkatan organisasi makhluk hidup adalah sebagai berikut. Perhatikan Gambar.

Gbr. Tingkatan Organisasi Makhluk Hidup

A. Individu
Individu merupakan organisme tunggal seperti : seekor tikus, seekor kucing, sebatang pohon jambu, sebatang pohon kelapa, dan seorang manusia. Dalam mempertahankan hidup, seti jenis dihadapkan pada masalah-masalah hidup yang kritis. Misalnya, seekor hewan harus mendapatkan makanan, mempertahankan diri terhadap musuh alaminya, serta memelihara anaknya. Untuk mengatasi masalah tersebut, organisme harus memiliki struktur khusus seperti : duri, sayap, kantung, atau tanduk. Hewan juga memperlihatkan tingkah laku tertentu, seperti membuat sarang atau melakukan migrasi yang jauh untuk mencari makanan. Struktur dan tingkah laku demikian disebut adaptasi.

Ada bermacam-macam adaptasi makhluk hidup terhadap lingkungannya, yaitu: adaptasi morfologi, adaptasi fisiologi, dan adaptasi tingkah laku.

1. Adaptasi morfologi
Adaptasi morfologi merupakan penyesuaian bentuk tubuh untuk kelangsungan hidupnya. Contoh adaptasi morfologi, antara lain sebagai berikut.
a. Gigi-gigi khusus
Gigi hewan karnivora atau pemakan daging beradaptasi menjadi empat gigi taring besar dan runcing untuk menangkap mangsa, serta gigi geraham dengan ujung pemotong yang tajam untuk mencabik-cabik mangsanya.

b. Moncong
Trenggiling besar adalah hewan menyusui yang hidup di hutan rimba Amerika Tengah dan Selatan. Makanan trenggiling adalah semut, rayap, dan serangga lain yang
merayap. Hewan ini mempunyai moncong panjang dengan ujung mulut kecil tak bergigi dengan lubang berbentuk celah kecil untuk mengisap semut dari sarangnya. Hewan ini mempunyai lidah panjang dan bergetah yangdapat dijulurkan jauh keluar mulut untuk menangkap serangga.

c. Paruh
Elang memiliki paruh yang kuat dengan rahang atas yang melengkung dan ujungnya tajam. Fungsi paruh untuk mencengkeram korbannya.

d. Daun
Tumbuhan insektivora (tumbuhan pemakan serangga), misalnya kantong semar, memiliki daun yang berbentuk piala dengan permukaan dalam yang licin sehingga dapat menggelincirkan serangga yang hinggap.
Dengan enzim yang dimiliki tumbuhan insektivora, serangga tersebut akan dilumatkan, sehingga tumbuhan ini memperoleh unsur yang diperlukan.

e. Akar
Akar tumbuhan gurun kuat dan panjang,berfungsi untuk menyerap air yang terdapat jauh di dalam tanah. Sedangkan akar hawa pada tumbuhan bakau untuk bernapas.

2. Adaptasi fsiologi
Adaptasi fisiologi merupakan penyesuaian fungsi fisiologi tubuh untuk mempertahankan hidupnya. Contohnya adalah sebagai berikut.

a. Kelenjar bau
Musang dapat mensekresikan bau busukdengan cara menyemprotkan cairan melalui sisi lubang dubur. Sekret tersebut berfungsi untuk menghindarkan diri dari musuhnya.

b. Kantong tinta
Cumi-cumi dan gurita memiliki kantong tinta yang berisi cairan hitam. Bila musuh datang, tinta disemprotkan ke dalam air sekitarnya sehingga musuh tidak dapat melihat kedudukan cumi-cumi dan gurita.

c. Mimikri pada kadal
Kulit kadal dapat berubah warna karena pigmen yang dikandungnya. Perubahan warna ini dipengaruhi oleh faktor dalam berupa hormon dan faktor luar berupa suhu serta keadaan sekitarnya.

3. Adaptasi tingkah laku
Adaptasi tingkah laku merupakan adaptasi yang didasarkan pada tingkah laku. Contohnya sebagai berikut :

a. Pura-pura tidur atau mati
Beberapa hewan berpura-pura tidur atau mati, misalnya tupai Virginia. Hewan ini sering berbaring tidak berdaya dengan mata tertutup bila didekati seekor anjing.

b. Migrasi
Ikan salem raja di Amerika Utara melakukan migrasi untuk mencari tempat yang sesuai untuk bertelur. Ikan ini hidup di laut. Setiap tahun, ikan salem dewasa yang berumur empat sampai tujuh tahun berkumpul di teluk disepanjang Pantai Barat Amerika Utara untuk menuju ke sungai. Saat di sungai, ikan salem jantan mengeluarkan sperma di atas telur-telur ikan betinanya. Setelah itu ikan dewasa biasanya mati. Telur yang telah menetas untuk sementara tinggal di air tawar. Setelah menjadi lebih besar mereka bergerak ke bagian hilir dan akhirnya ke laut.

B. Populasi
Kumpulan individu sejenis yang hidup padasuatu daerah dan waktu tertentu disebut populasi Misalnya, populasi pohon kelapa dikelurahan Tegakan pada tahun 1989 berjumlah 2552 batang.

Ukuran populasi berubah sepanjang waktu. Perubahan ukuran dalam populasi ini disebut dinamika populasi. Perubahan ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus perubahan jumlah dibagi waktu. Hasilnya adalah kecepatan perubahan dalam populasi. Misalnya, tahun 1980 populasi Pinus di Tawangmangu ada 700 batang. Kemudian pada tahun 1990 dihitung lagi ada 500 batang pohon Pinus. Dari fakta tersebut kita lihat bahwa selama 10 tahun terjadi pengurangan pohon pinus sebanyak 200 batang pohon. Untuk mengetahui kecepatan perubahan maka kita membagi jumlah batang pohon yangberkurang dengan lamanya waktu perubahan terjadi :

700 - 500 = 200batang
1990-1980
10 tahun

= 20 batang/tahun

Dari rumus hitungan di atas kita dapatkan kesimpulan bahwa rata-rata berkurangnya pohon tiap tahun adalah 20 batang. Akan tetapi, perlu diingat bahwa penyebab kecepatan rata-rata dinamika populasi ada berbagai hal. Dari alam mungkin disebabkan oleh bencana alam, kebakaran, serangan penyakit, sedangkan dari manusia misalnya karena tebang pilih. Namun, pada dasarnya populasi mempunyai karakteristik yang khas untuk kelompoknya yang tidak dimiliki oleh masing-masing individu anggotanya. Karakteristik iniantara lain : kepadatan (densitas), laju kelahiran (natalitas), laju kematian (mortalitas), potensi biotik, penyebaran umur, dan bentuk pertumbuhan. Natalitas danmortalitas merupakan penentu utama pertumbuhan populasi.

Dinamika populasi dapat juga disebabkan imigrasi dan emigrasi. Hal ini khusus untuk organisme yang dapat bergerak, misalnyahewan dan manusia. Imigrasi adalahperpindahan satu atau lebih organisme kedaerah lain atau peristiwa didatanginya suatu daerah oleh satu atau lebih organisme; didaerah yang didatangi sudah terdapat kelompok dari jenisnya. Imigrasi ini akan meningkatkan populasi.

Emigrasi adalah peristiwa ditinggalkannya suatu daerah oleh satu atau lebih organisme, sehingga populasi akan menurun. Secara garis besar, imigrasi dan natalitas akan meningkatkan jumlah populasi, sedangkan mortalitas dan emigrasi akan menurunkan jumlah populasi. Populasi hewan atau tumbuhan dapat berubah, namun perubahan tidak selalu menyolok. Pertambahan atau penurunan populasi dapat menyolok bila ada gangguan drastis dari lingkungannya, misalnya adanya penyakit, bencana alam, dan wabah hama.

C. Komunitas
Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Komunitas memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan populasi.

Dalam komunitas, semua organisme merupakan bagian dari komunitas dan antara komponennya saling berhubungan melalui keragaman interaksinya.

D. Ekosistem
Antara komunitas dan lingkungannya selalu terjadi interaksi. Interaksi ini menciptakan kesatuan ekologi yang disebut ekosistem. Komponen penyusun ekosistem adalah produsen (tumbuhan hijau), konsumen (herbivora, karnivora, dan omnivora), dan dekomposer/pengurai (mikroorganisme).

Faktor Abiotik
Faktor abiotik adalah faktor tak hidup yang meliputi faktor fisik dan kimia. Faktor fisik utama yang mempengaruhi ekosistem adalah sebagai berikut.

a. Suhu
Suhu berpengaruh terhadap ekosistem karena suhu merupakan syarat yang diperlukan organisme untuk hidup. Ada jenis-jenis organisme yang hanya dapat hidup pada kisaran suhu tertentu.

b. Sinar matahari
Sinar matahari mempengaruhi ekosistem secara global karena matahari menentukan suhu. Sinar matahari juga merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai produsen untuk berfotosintesis.

c. Air
Air berpengaruh terhadap ekosistem karena air dibutuhkan untuk kelangsungan hidup organisme. Bagi tumbuhan, air diperlukan dalam pertumbuhan, perkecambahan, dan penyebaran biji; bagi hewan dan manusia, air diperlukan sebagai air minum dan sarana hidup lain, misalnya transportasi bagi manusia, dan tempat hidup bagi ikan. Bagi unsur abiotik lain, misalnya tanah dan batuan, air diperlukan sebagai pelarut dan pelapuk.

d. Tanah
Tanah merupakan tempat hidup bagi organisme. Jenis tanah yang berbeda menyebabkan organisme yang hidup didalamnya juga berbeda. Tanah juga menyediakan unsur-unsur penting bagi pertumbuhan organisme, terutama tumbuhan.

e. Ketinggian
Ketinggian tempat menentukan jenis organisme yang hidup di tempat tersebut, karena ketinggian yang berbeda akan menghasilkan kondisi fisik dan kimia yang berbeda.

f. Angin
Angin selain berperan dalam menentukan kelembapan juga berperan dalam penyebaran biji tumbuhan tertentu.

g. Garis lintang
Garis lintang yang berbeda menunjukkan kondisi lingkungan yang berbeda pula. Garis lintang secara tak langsung menyebabkan perbedaan distribusi organisme di permukaan bumi. Ada organisme yang mampu hidup pada garis lintang tertentu saja.

Interaksi antarkomponen ekologi dapatmerupakan interaksi antarorganisme,antarpopulasi, dan antarkomunitas.

A. Interaksi antar organisme
Semua makhluk hidup selalu bergantung kepada makhluk hidup yang lain. Tiap individu akan selalu berhubungan dengan individu lain yang sejenis atau lain jenis, baik individu dalam satu populasinya atau individu-individu dari populasi lain. Interaksi demikian banyak kita lihat di sekitar kita.

Interaksi antar organisme dalam komunitas ada yang sangat erat dan ada yang kurang erat. Interaksi antarorganisme dapat dikategorikan sebagai berikut.

a. Netral
Hubungan tidak saling mengganggu antarorganisme dalam habitat yang sama yang bersifat tidak menguntungkan dan tidak merugikan kedua belah pihak, disebut netral. Contohnya : antara capung dan sapi.

b. Predasi
Predasi adalah hubungan antara mangsa dan pemangsa (predator). Hubungan ini sangat erat sebab tanpa mangsa, predator tak dapat hidup. Sebaliknya, predator juga berfungsi sebagai pengontrol populasi mangsa. Contoh : Singa dengan mangsanya, yaitu kijang, rusa,dan burung hantu dengan tikus.

c. Parasitisme
Parasitisme adalah hubungan antarorganisme yang berbeda spesies, bilasalah satu organisme hidup pada organisme lain dan mengambil makanan dari hospes/inangnya sehingga bersifat merugikan inangnya.

contoh : Plasmodium dengan manusia, Taeniasaginata dengan sapi, dan benalu dengan pohon inang.

d. Komensalisme
Komensalisme merupakan hubunganantara dua organisme yang berbeda spesies dalam bentuk kehidupan bersama untuk berbagi sumber makanan; salah satu spesies diuntungkan dan spesies lainnya tidak dirugikan. Contohnya anggrek dengan pohon yang ditumpanginya.

e. Mutualisme
Mutualisme adalah hubungan antara dua organisme yang berbeda spesies yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Contoh, bakteri Rhizobium yang hidup pada bintil akar kacang-kacangan.

B. Interaksi Antarpopulasi

Antara populasi yang satu dengan populasi lain selalu terjadi interaksi secara langsung atau tidak langsung dalam komunitasnya.Contoh interaksi antarpopulasi adalah sebagai berikut.

Alelopati merupakan interaksi antarpopulasi, bila populasi yang satu menghasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain. Contohnya, di sekitar pohon walnut (juglans) jarang ditumbuhi tumbuhan lain karena tumbuhan ini menghasilkan zat yang bersifat toksik. Pada mikroorganisme istilah alelopati dikenal sebagai anabiosa.Contoh, jamur Penicillium sp. dapat menghasilkan antibiotika yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri tertentu.

Kompetisi merupakan interaksi antarpopulasi, bila antarpopulasi terdapat kepentingan yang sama sehingga terjadi persaingan untuk mendapatkan apa yang diperlukan. Contoh, persaingan antara populasi kambing dengan populasi sapi di padang rumput.

C. Interaksi Antar Komunitas
Komunitas adalah kumpulan populasi yang berbeda di suatu daerah yang sama dan saling berinteraksi. Contoh komunitas, misalnya komunitas sawah dan sungai. Komunitas sawah disusun oleh bermacam-macam organisme, misalnya padi, belalang, burung, ular, dan gulma. Komunitas sungai terdiri dari ikan, ganggang, zooplankton, fitoplankton, dan dekomposer. Antara komunitas sungai dan sawah terjadi interaksi dalam bentuk peredaran nutrien dari air sungai ke sawah dan peredaran organisme hidup dari kedua komunitas tersebut.

Interaksi antarkomunitas cukup komplek karena tidak hanya melibatkan organisme, tapi juga aliran energi dan makanan. Interaksi antarkomunitas dapat kita amati, misalnya pada daur karbon. Daur karbon melibatkan ekosistem yang berbeda misalnya laut dan darat.

D. Interaksi Antarkomponen Biotik dengan Abiotik
Interaksi antara komponen biotik dengan abiotik membentuk ekosistem. Hubunganantara organisme dengan lingkungannya menyebabkan terjadinya aliran energi dalam sistem itu. Selain aliran energi, di dalam ekosistem terdapat juga struktur atau tingkat trofik, keanekaragaman biotik, serta siklus materi.

Dengan adanya interaksi-interaksi tersebut, suatu ekosistem dapat mempertahankan keseimbangannya. Pengaturan untuk menjamin terjadinya keseimbangan ini merupakan ciri khas suatu ekosistem. Apabila keseimbangan ini tidak diperoleh maka akan mendorong terjadinya dinamika perubahan ekosistem untuk mencapai keseimbangan baru.

Adanya perubahan-perubahan pada populasi mendorong perubahan pada komunitas. Perubahan-perubahan yang terjadi menyebabkan ekosistem berubah. Perubahan ekosistem akan berakhir setelah terjadi keseimbangan ekosistem. Keadaan ini merupakan klimaks dari ekosistem. Apabila pada kondisi seimbang datang gangguan dariluar, kesimbangan ini dapat berubah, dan perubahan yang terjadi akan selalu mendorong terbentuknya keseimbangan baru.

Rangkaian perubahan mulai dari ekosistem tanaman perintis sampai mencapai ekosistem klimaks disebut suksesi. Terjadinya suksesi dapat kita amati pada daerah yang baru saja mengalami letusan gunung berapi. Rangkaian suksesinya sebagai berikut.

Mula-mula daerah tersebut gersang dan tandus. Setelah beberapa saat tanah akan ditumbuhi oleh tumbuhan perintis, misalnya lumut kerak. Tumbuhan perintis ini akan menggemburkan tanah, sehingga tanah dapat ditumbuhi rumput-rumputan yang tahan kekeringan. Setelah rumput-rumput ini tumbuh dengan suburnya, tanah akan makin gembur karena akar-akar rumput dapat menembus dan melapukan tanah, juga karena rumput yang mati akan mengundang datangnya dekomposer (pengurai) untuk menguraikan sisa tumbuhan yang mati. Dengan semakin subur dan gemburnya tanah maka biji-biji semak yang terbawa dari luar daerah itu akan tumbuh, sehingga proses pelapukkan akan semakin banyak. Dengan makin gemburnya tanah, pohon-pohon akan mulai tumbuh. Kehadiran pohon-pohon akan mendesak kehidupan rumput dan semak sehingga akhirnya tanah akan didominasi oleh pepohonan. Sejalan dengan perubahan vegetasi, hewan-hewan yang menghuni daerah tersebut juga mengalami perubahan tergantung pada perubahan jenis vegetasi yang ada. Ada hewan yang datang dan ada hewan yang pergi. Komunitas klimaks yang terbentuk dapat berupa komunitas yang homogen, tapi dapat juga komunitas yang heterogen. Contoh komunitas klimaks homogen adalah hutan pinus, hutan jati. Contoh komunitas klimaks yang heterogen misalnya hutan hujan tropis.

Suatu organisme hidup akan selalu membutuhkan organisme lain dan lingkungan hidupnya. Hubungan yang terjadi antara individu dengan lingkungannya sangat kompleks, bersifat saling mempengaruhi atau timbal balik. Hubungan timbal balik antara unsur-unsur hayati dengan nonhayati membentuk sistem ekologi yang disebut ekosistem. Di dalam ekosistem terjadi rantai makanan, aliran energi, dan siklus biogeokimia.

Rantai makanan adalah pengalihan energi dari sumbernya dalam tumbuhan melalui sederetan organisme yang makan dan yang dimakan.
Para ilmuwan ekologi mengenal tiga macam rantai pokok, yaitu rantai pemangsa, rantai parasit, dan rantai saprofit.

1. Rantai Pemangsa
Rantai pemangsa landasan utamanya adalah tumbuhan hijau sebagai produsen. Rantai pemangsa dimulai dari hewan yang bersifat herbivora sebagai konsumen I, dilanjutkan dengan hewan karnivora yang memangsa herbivora sebagai konsumen ke-2 dan berakhir pada hewan pemangsa karnivora maupun herbivora sebagai konsumen ke-3.

2. Rantai Parasit
Rantai parasit dimulai dari organisme besar hingga organisme yang hidup sebagai parasit. Contoh organisme parasit antara lain cacing, bakteri, dan benalu.

3. Rantai Saprofit
Rantai saprofit dimulai dari organisme mati ke jasad pengurai. Misalnya jamur dan bakteri. Rantai-rantai di atas tidak berdiri sendiri tapi saling berkaitan satu dengan lainnya sehingga membentuk faring-faring makanan.

4. Rantai Makanan dan Tingkat Trofik
Salah satu cara suatu komunitas berinteraksi adalah dengan peristiwa makan dan dimakan, sehingga terjadi pemindahan energi, elemen kimia, dan komponen lain dari satu bentuk ke bentuk lain di sepanjang rantai makanan.

Organisme dalam kelompok ekologis yang terlibat dalam rantai makanan digolongkan dalam tingkat-tingkat trofik. Tingkat trofik tersusun dari seluruh organisme pada rantai makanan yang bernomor sama dalam tingkat memakan.

Sumber asal energi adalah matahari. Tumbuhan yang menghasilkan gula lewat proses fotosintesis hanya memakai energi matahari dan C02 dari udara. Oleh karena itu, tumbuhan tersebut digolongkan dalam tingkat trofik pertama. Hewan herbivora atau organisme yang memakan tumbuhan termasuk anggota tingkat trofik kedua. Karnivora yang secara langsung memakan herbivora termasuk tingkat trofik ketiga, sedangkan karnivora yang memakan karnivora di tingkat trofik tiga termasuk dalam anggota iingkat trofik keempat.

5. Piramida Ekologi
Struktur trofik pada ekosistem dapat disajikan dalam bentuk piramida ekologi. Ada 3 jenis piramida ekologi, yaitu piramida jumlah, piramida biomassa, dan piramida energi.

a. Piramida jumlah
Organisme dengan tingkat trofik masing - masing dapat disajikan dalam piramida jumlah, seperti kita Organisme di tingkat trofik pertama biasanya paling melimpah, sedangkan organisme di tingkat trofik kedua, ketiga, dan selanjutnya makin berkurang. Dapat dikatakan bahwa pada kebanyakan komunitas normal, jumlah tumbuhan selalu lebih banyak daripada organisme herbivora. Demikian pula jumlah herbivora selalu lebih banyak daripada jumlah karnivora tingkat 1. Kamivora tingkat 1 juga selalu lebih banyak daripada karnivora tingkat 2. Piramida jumlah ini di dasarkan atas jumlah organisme di tiap tingkat trofik.

b. Piramida biomassa
Seringkali piramida jumlah yang sederhana kurang membantu dalam memperagakan aliran energi dalam ekosistem. Penggambaran yang lebih realistik dapat disajikan dengan piramida biomassa. Biomassa adalah ukuran berat materi hidup di waktu tertentu. Untuk mengukur biomassa di tiap tingkat trofik maka rata-rata berat organisme di tiap tingkat harus diukur kemudian barulah jumlah organisme di tiap tingkat diperkirakan.

Piramida biomassa berfungsi menggambarkan perpaduan massa seluruh organisme di habitat tertentu, dan diukur dalam gram.
Untuk menghindari kerusakan habitat maka biasanya hanya diambil sedikit sampel dan diukur, kemudian total seluruh biomassa dihitung. Dengan pengukuran seperti ini akan didapat informasi yang lebih akurat tentang apa yang terjadi pada ekosistem.

c. Piramida energi
Seringkali piramida biomassa tidak selalu memberi informasi yang kita butuhkan tentang ekosistem tertentu. Lain dengan Piramida energi yang dibuat berdasarkan observasi yang dilakukan dalam waktu yang lama. Piramida energi mampu memberikan gambaran paling akurat tentang aliran energi dalam ekosistem.

Pada piramida energi terjadi penurunan sejumlah energi berturut-turut yang tersedia di tiap tingkat trofik. Berkurang-nya energi yang terjadi di setiap trofik terjadi karena hal-hal berikut.

1. Hanya sejumlah makanan tertentu yang ditangkap dan
dimakan oleh tingkat trofik selanjutnya.
2. Beberapa makanan yang dimakan tidak
bisa dicemakan dan
dikeluarkan sebagai sampah.
3. Hanya sebagian makanan yang dicerna menjadi bagian dari
tubuh organisms, sedangkan sisanya digunakan sebagai
sumber energi.

Available at:

http://digilib.brawijaya.ac.id/virtual_library/mlg_warintek/ristek-pdii-lipi/Sponsor/_Sponsor-Pendamping/Praweda/Biologi/0026%20Bio%201-6a.htm